Sabtu, 05 Desember 2009

Bahan Bakar Kendaraan Sejuta Umat

Bahan Bakar Kendaraan Sejuta Umat

Bensin adalah bahan bakar kendaraan bermotor untuk itu pengertian bensin yaitu :
sebagai istilah kimia—->> lihat Bensin (kimia).
Petrol (biasa disebut gasoline di Amerika Serikat dan Kanada; di Indonesia biasa disebut bensin) adalah cairan campuran yang berasal dari minyak bumi dan sebagian besar tersusun dari hidrokarbon serta digunakan sebagai bahan bakar dalam mesin pembakaran dalam. Istilah gasoline banyak digunakan dalam industri minyak, bahkan dalam perusahaan bukan Amerika. Kadangkala istilah mogas (kependekan dari motor gasoline, digunakan mobil) digunakan untuk membedakannya dengan avgas, gasoline yang digunakan oleh pesawat terbang ringan.
Orang Amerika menggunakan 1,36 milyar liter bensin setiap hari.
Karena merupakan campuran berbagai bahan, daya bakar bensin berbeda-beda menurut komposisinya. Ukuran daya bakar ini dapat dilihat dari bilangan oktan setiap campuran. Di Indonesia, bensin diperdagangkan dalam dua kelompok besar: campuran standar, disebut premium, dan bensin super.
(Sumber: Wikipedia Indonesia)

Anda pasti sudah mengenal bahan bakar sejuta umat yaitu bensin premium yang paling banyak di pakai oleh pengguna kendaraan bermotor atau mobil di seluruh indonesia.
premium adalah bahan bakar yang harganya paling murah sehingga banyak dipakai pengguna kendaraan, disamping harga yang sangat terjangkau mudah pula didapatkan di spbu pertamina atau spbu eceran. tetapi dibalik harga yang terjangkau bensin premium mempunyai kadar timbal yang cukup tinggi (mempunyai kandungan oktan yang tinggi), yang dapat menyebabkan polusi udara yang berbahaya bagi makhluk hidup di sekitarnya.

TimbalTimbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami. Apabila timbal terhirup atau tertelan oleh manusia dan di dalam tubuh, ia akan beredar mengikuti aliran darah, diserap kembali di dalam ginjal dan otak, dan disimpan di dalam tulang dan gigi.
Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Salah satu penyebab kehadiran timbal adalah pencemaran udara. Yaitu akibat kegiatan transportasi darat yang menghasilkan bahan pencemar seperti gas CO3, NOx, hidrokarbon, SO2,dan tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan.

Sumber pencemaran timbal
Timbal di udara terutama berasal dari penggunaan bahan bakar bertimbal yang dalam pembakarannya melepaskan timbal oksida berbentuk debu/partikulat yang dapat terhirup oleh manusia. Mobil berbahan bakar yang mengandung timbal melepaskan 95 persen timbal yang mencemari udara di negara berkembang. Sedangkan dalam air minum, timbal dapat berasal dari kontaminasi pipa, solder dan kran air.
Kandungan timbal dalam air sebesar 15mg/l dianggap sebagai konsentrasi yang aman untuk dikonsumsi. Dalam makanan, timbal berasal dari kontaminasi kaleng makanan dan minuman dan solder yang bertimbal. Kandungan timbal yang tinggi ditemukan dalam sayuran terutama sayuran hijau.

Keracunan timbal
Penelitian menunjukkan bahwa timbal yang terserap oleh anak, walaupun dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan gangguan pada fase awal pertumbuhan fisik dan mental yang kemudian berakibat pada fungsi kecerdasan dan kemampuan akademik. Anak perkotaan di negara berkembang memiliki risiko yang tinggi dalam keracunan timbal. Menurut US Centre for Disease Control and Prevention, diperkirakan pada 1994, sebanyak 100 persen darah dari anak berumur di bawah dua tahun mengandung timbal yang melampaui ambang batas 10mg/dl dan 80 persen darah dari anak 3-5 tahun melebihi ambang batas tersebut. Anak yang tinggal atau bermain di jalan raya sering menghirup timbal dari asap kendaraan yang menggunakan bahan bakar bertimbal. Baru-baru ini dilakukan penelitian mengenai hal tersebut.

Jika hasil penelitian itu kelak dapat menyimpulkan bahwa kadar timbal dalam darah anak tidak lebih baik daripada penelitian pada 2001, kecurigaan yang mungkin muncul beralih pada pola konsumsi anak-anak, misalnya kebiasaan mengonsumsi makanan dalam kaleng. Di negara yang maju sekalipun, diperkirakan masih banyak anak yang darahnya mengandung timbal melebihi ambang batas. Diperkirakan 78 persen anak berumur di bawah dua tahun dan 28 persen anak berumur 3-5 tahun memiliki kandungan timbal dalam darah yang melebihi ambang batas.

Studi toksisitas
Studi Toksisitas Timbal menunjukkan bahwa kandungan Timbal dalam darah sebanyak 100 mikrogram/l dianggap sebagai tingkat aktif (level action) berdampak pada gangguan perkembangan dan penyimpangan perilaku. Sedangkan kandungan Timbal 450 mikrogram/l membutuhkan perawatan segera dalam waktu 48 jam. Lalu, kandungan Timbal lebih dari 700 mikrogram/l menyebabkan kondisi gawat secara medis (medical emergency). Untuk kandungan timbal di atas 1.200 mikrogram/l bersifat sangat toksik dan dapat menimbulkan kematian pada anak. Kadar Timbal 68 mikrogram/l dapat menyebabkan anak makin agresif, kurang konsentrasi, bahkan menyebabkan kanker.

Hal ini diduga meningkatkan kasus infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) anak-anak. Timbal yang terserap oleh anak, walaupun dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan gangguan pada fase awal pertumbuhan fisik dan mental yang kemudian berakibat pada fungsi kecerdasan dan kemampuan akademik. Sistem syaraf dan pencernaan anak masih dalam tahap perkembangan, sehingga lebih rentan terhadap timbal yang terserap. Pada kadar rendah, keracunan timbal pada anak dapat menyebabkan penurunan IQ dan pemusatan perhatian, kesulitan membaca dan menulis, hiperaktif dan gangguan perilaku, gangguan pertumbuhan dan fungsi penglihatan dan pergerakan, serta gangguan pendengaran.

Pada kadar tinggi, keracunan timbal pada anak dapat menyebabkan: anemia, kerusakan otak, liver, ginjal, syaraf dan pencernaan, koma, kejang-kejang atau epilepsi, serta dapat menyebabkan kematian. Anak dapat menyerap hingga 50 persen timbal yang masuk ke dalam tubuh, sedangkan dewasa hanya menyerap 10-15 persen. Anak dapat menyerap tiga kali dosis lebih besar dibandingkan orang dewasa karena memiliki perbandingan permukaan penyerapan dan volume yang lebih besar.

Penduduk di negara berkembang, terutama anak-anak, terancam paparan timbal yang sangat besar disebabkan oleh:
(a) Belum ada peraturan tentang emisi industri dan penggunaan bahan bakar yang mengandung timbal,
(b), lemahnya pelaksanaan peraturan lingkungan dan keselamatan kerja,
(c) Banyaknya industri rumah tangga pelapisan dan pengolahan logam
(d) penerapan budaya tertentu seperti penggunaan alat masak dari keramik mengandung timbal dan penggunaan timbal untuk bahan kosmetik.(sumber http://www.fishyforum.com/fishysalt/fishyronment/11857-bahaya-timbal-timah-hitam.html)

Semua BBM di Indonesia, termasuk Shell dan Petronas, tidak bebas timbal 100%, kenapa? Krn base fuelnya a/ = Premium. Yg ada penurunan konsentrasi (istilah kimianya: pengenceran), dari 0.003ppm menjadi 0.0013 ppm.
jadi coba bayangkan ada berapa banyak kendaraan yang beroperasi setiap harinya yang mengandung timbal sehingga dapat melakukan pencemaran udara tiap harinya.
mau gimana lagi ditambah kondisi ekonomi yang sulit masyarakat enggan meninggalkan bensin premium di karenakan kondisi keuangan sekarang yang sulit di semua bidang.
Dalam hal ini Pemerintah Pertamina wajib mengatasi masalah polusi ini dengan caranya yang telah dilakukan yaitu melakukan uji emisi kendaraan yang mau tidak mau kendaraan harus bebas polusi,lalu pemerintah melalui pertamina mengeluarkan bensin yang ramah lingkungan bio premium dan melakukan sosialisasinya keberbagai kota, lalu melakukan aktivitas penanaman pohon beberapa langkah diatas adalah sebagian cara yang dilakukan pemerintah melalui pertamina dan banyak lagi langkah2 pemerintah melalu pertamina yang tidak bisa disebutkan disini semua.
Mudah mudahan tulisan ini berguna bagi pembaca untuk sekedar informasi tentang kesadaran pencemaran udara yang makin hari makin meningkat.
dan harapan penulis juga semoga pemerintah dengan pertamina memberikan solusi yang baru yang dapat mengatasi polusi udara sejak dini.